Kegagalan Porto: Data yang Tak Bisa Diabaikan

Angka Tak Pernah Berbohong

Saya menghabiskan satu dekade membangun algoritma performa pemain untuk klub Eropa—kegagalan Porto bukanlah dramatis, tapi perhitungan matematis. Anselmi mengambil alih pada Januari 2025 dengan rencana taktis berbasis metrik penguasaan dan xG. Tapi pada Juli, data berteriak: 21 pertandingan, 10 menang, 6 seri, 5 kalah. Hanya lima gol dicetak di tahap grup. Ini bukan pelatih buruk—ini input yang rusak.

Saat Model Melebihi Daya Manusia

Sistemnya mengasumsikan kendali tinggi atas dinamika tim, tapi abaikan varians. Tingkat kelengkapan umpan Opta menunjukkan lini tengahnya kaku; pemicu tekan StatSports tidak dikalibrasi untuk kecepatan fisik Porto. Statistik tak berbohong—dia hanya berhenti mendengarkan mereka.

Kepergian Tenang Sang Pelatih Berbasis Data

Ini bukan soal kepribadian. Ini soal KPI yang tak selaras. Ia mengoptimalkan hasil masa lalu sambil abaikan konteks: densitas persaingan Eropa menuntut lebih dari intuisi. Kita semua pernah melihat ini sebelumnya—in Serie A, La Liga, bahkan Champions League. Algoritma sama. Klub berbeda. Cerita sebenarnya? Data sudah tahu sebelum dia melakukan.